Selasa, 28 Oktober 2014

Apa itu e-bike ?



Menggunakan sepeda motor merupakan salah satu cara mengatasi kemacetan lalu lintas di perkotaan. Gerakannya yang lincah masuk di sela-sela mobil membuat pengendaranya lebih cepat sampai tujuan di tengah kemacetab. Namun, penggunaannya sebagai alat transportasi memiliki sederet kelemahan. Di antaranya, menimbulkan polusi udara, dan biaya operasionalnya semakin mencekik setelah tarif bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan.
Kehadiran alat transportasi perkotaan alternatif yang hemat, ramah lingkungan, dan efektif sangat diperlukan. ”Karena itu, kami mengeluarkan sebuah produk kendaraan yang tepat guna dalam kota,” kata General Manager PT Betrix Indonesia, Mario Rivaldi. Produk yang dimaksud Mario adalah sepeda elektrik yang disebut Betrix, singkatan dari bebek elektronik. Kendaraan, yang merupakan modifikasi dari sepeda, ini dilengkapi dengan mesin dinamo yang menggunakan tenaga listrik. Menurut Mario, ada dua jenis sepeda listrik. Pertama, sepeda listrik yang menggunakan sistem power on demand (POD) dan kedua adalah sepeda listrik yang memakai sistem power asis system (PAS).

Sepeda listrik jenis pertama hampir mirip dengan sepeda motor. ”Sang pemakai tinggal menarik gas, dan sepeda listrik dapat berjalan tanpa harus dikayuh lagi,” kata Mario. Jenis yang kedua adalah sepeda listrik yang menggunakan kayuhan pedal, seperti sepeda, untuk menghidupkan tenaga mesin. Berbeda dari sepeda, kayuhannya lebih ringan karena dibantu oleh dorongan mesin dinamo.
Menurut Mario, jenis pertama digemari di beberapa negara seperti Amerika dan Cina. Namun, jenis ini dinyatakan ilegal di Jepang. Penduduk di Negara Sakura itu lebih menggemari sepeda elektrik jenis kedua. Betrix, yang beredar di Indonesia, mengadopsi kedua sistem sepeda listrik tersebut. Dengan demikian Betrix ini bisa digunakan tanpa pedal, maupun menggunakan pedal sekaligus.
Dari bentuknya tampak bahwa Betrix menggunakan rangka sepeda sebagai bahan baku utama. Bentuk setang, ban, hingga jok sangat mirip dengan yang ada di sepeda. Yang membedakan adalah adanya mesin dinamo 200 watt dan baterai 36 volt dengan arus listrik 12 Amphere hour (Aha). Mario mengungkapkan, Betrix ditujukan untuk penggunaan dalam kota. Dengan kecepatan maksimum 30 km per jam Betrix sangat sesuai digunakan dalam arus lalu lintas macet. Jika dibandingkan dengan sepeda motor pada umumnya waktu tempuh menuju kantor maupun tempat tujuan lain dalam kota relatif sama. Harga per unit bervariasi. Yang paling murah Rp 3,8 juta per unit, dan termahal Rp 11 juta. Sepeda elektrik yang dimiliki Aa Gym, dai kondang, seharga sekitar Rp 4 jutaan.
Murah Operasionalnya, Mudah Perawatannya
Penggunaan Betrix tidak memerlukan biaya operasional yang tinggi, seperti membeli BBM maupun bahan bakar lainnya. Cukup dengan tenaga listrik yang didapatkan dari pengisian ulang baterai (charge). Untuk menempuh jarak 40-60 km proses pengisian ulang baterai dilakukan selama delapan jam. Itu pun kalau tenaga baterai memang sepenuhnya kosong. ”Tapi, seperti pada penggunaan handphone, proses pengisian ulang tenaga baterai disesuaikan dengan sisa tenaga yang terdapat dalam baterai,” kata Mario Rivaldi, general manager PT Betrix Indonesia.
Betrix menjadi sarana transportasi yang ramah lingkungan karena memakai listrik. Tidak ada sedikit pun emisi gas buang (zero emission) yang dihasilkan. Selain itu, tidak diperlukan penggunaan surat izin kendaraan seperti STNK, SIM, maupun BPKB. Ini karena Betrix belum masuk kategori kendaraan yang melaju melebihi 35 km per jam.
Perawatannya pun sangat mudah. Betrix tidak memerlukan oli, baik oli mesin maupun oli samping. Selain itu, jika memerlukan penggantian suku cadang, seperti rem, ban, maupun rantai, cukup mendatangi bengkel sepeda. Jika ingin mengganti baterai, cukup mendatangi toko-toko penjual baterai biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar